Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Mitos Tentang Kewirausahaan

5 Mitos Tentang Kewirausahaan


Banyak sekali mitos mengenai kewirausahaan yang beredar di masyarakat. Kesalahpahaman ini terjadi akibat eksos media dan nasihat yang banyak di dengar oleh kalayak umum tanpa mempertimbangkan beberapa variabel kemungkinan yang bisa terjadi atas fakta tersebut.

Dengan kesalahpahaman ini banyak yang memulai usaha tanpa benar-benar memahami seluk-beluknya secara mendalam yang mengakibatkan kegagalan usaha. Jika ini telah terjadi, maka kerugian akan menjadi tanggungannya.

Padahal jika anda mengetahui mana fakta dan mana yang mitos, maka anda akan menghindari masalah nantinya.

Cariduit.id telah merangkum beberapa mitos kewirausahaan yang perlu anda tau. Berikut diantaranya:

1. Jika produk atau jasa saya baik, saya akan berhasil


Apakah pernyataan diatas benar? belum tentu. Sebuah produk dan jasa yang baik belum tentu berhasil karena alih-alih menggunakan bagus atau tidak sebagai patokan, yang seharusnya menjadi patokan adalah apakah produk sesuai dengan selera pasar atau tidak.

Banyak orang yang memulai usaha tertentu karena mereka suka dengan produk atau jasa tertentu. Padahal yang anda pandang sebagai hal bagus dan baik belum tentu sesuai dengan selera pasar yang anda tuju.

Jika memang produk atau jasa memang sesuai dengan selera pasar, apakah akan berhasil?
Belum tentu.

Pengembangan produk dan pemasaran adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Bahkan produk yang buruk dengan pemasaran yang baik tetap akan berhasil walaupun tidak dalam jangka panjang. Sebuah produk yang hebat yang sesuai dengan selera masyarakat ditambah dengan pemasaran yang baik, barulah akan berhasil.

Banyak yang melupakan poin nomor 2 tadi yaitu pemasaran.

2. Dengan menjadi pengusaha, maka saya akan bisa bersantai


Sebagian besar pandangan kita melihat orang-orang sukses hidup dengan bersantai-santai sementara bisnis mereka tetap berjalan dan memberikan pendapatan ratusan juta kepada pemiliknya.

Bayangan ini seringkali muncul pada para pengusaha pemula, mereka berpikir hanya bekerja beberapa waktu dalam bisnis mereka, mereka akan berjajar dengan para pengusaha kondang. Kenyatannya tidak seperti itu.

Sebagian dari mereka gila kerja dan menjadi budak perusahaan mereka sendiri diawal-awal berdirinya. Tahun-tahun awal menjadi tahap yang paling menyulitkan, beresiko dan penuh tantangan yang sangat tidak menyenangkan. Mereka bekerja jauh lebih keras dari karyawan mereka sendiri dan menerima beban dan tanggung jawab lebih besar.

Dengan bekerja keras bertahun-tahun membentuk diri mereka dan identitas diri mereka. Banyak dari mereka yang “tidak sanggup” berlama-lama liburan dan ingin segera bekerja.

Banyak dari mereka tetap bekerja seumur hidup meskipun dengan keberhasilan finansial mereka, mereka tidak perlu melakukannya sepanjang usia mereka. Mereka bekerja karena dari aktifitas tersebut mereka merasa masih beguna, berkontribusi, bermanfaat bagi orang lain, menjalin relasi dengan orang lain, memperoleh hal-hal baru yang menyenangkan dan juga karena sudah terbiasa dengan gaya hidup bekerja.

Meskipun pengusaha sejati tidak memiliki "bos" dalam pengertian umum, mereka tetap dimintai pertanggungjawaban setiap hari baik itu oleh klien, calon klien, mitra, atau pemangku kepentingan lainnya.

Jadi jika anda membangun bisnis agar bisa bersantai-santai, maka sebetulnya ada yang salah dari landasan berpikir anda. Bisnis ada untuk membantu menyelesaikan masalah. Jadi agar bisnis anda bertahan lama, seharusnya dilandasi oleh pemikiran bahwa anda harus mampu menyelesaikan masalah orang lain. Dorongan untuk berkontribusi, bukannya ke egoisan untuk memiliki waktu luang dan uang semata.

5 Mitos Tentang Kewirausahaan

3. Diawal berdirinya usaha, saya harus mengerjakannya sendiri


Apakah benar bahwa semua hal harus dikerjakan sendiri diawal berdirinya usaha? Belum tentu.

Saat mendirikan usaha memang dibutuhkan pemahaman yang dalam mengenai usaha yang dijalankan. Jika anda mengerjakannya semuanya anda akan memahami seluk beluk usaha tersebut lebih dalam dan ini sangat penting saat memulai bisnis.

Tetapi tentunya anda tidak memulai usaha yang tidak benar-benar anda kuasai dan dalam kebanyakan kasus, mengerjakan semua pekerjaan sendiri kenyataannya lebih banyak efek buruk yang ditimbulkannya ketimbang efek baiknya.

Mendelegasikan tugas kepada mereka yang jauh lebih kompeten merupakan daya ungkit yang sangat besar dalam sebuah usaha. Pekerja yang kompeten merupakan aset terbesar yang bisa dimiliki sebuah perusahaan.

Mengerjakan sendiri semua pekerjaan atau dalam istilah startup superman show sangatlah memberatkan diawal usaha karena begitu banyak pekerjaan yang harus dituntaskan sambil dituntut oleh waktu. Dengan pekerjaan yang menumpuk membuat pikiran menjadi stres yang efeknya menjadi salah dalam mengambil keputusan.

4. Semakin banyak klien, semakin baik


Percaya atau tidak, ini sering kali menjadi masalah dalam sebuah usaha tanpa disadari. Jika sebuah usaha memiliki banyak klien, itu tidak lantas berarti usaha tersebut berhasil.

Memang terdengar tidak masuk akal, karena bagaimanapun klien berarti uang, semakin banyak klien maka semakin banyak uang. Masalahnya, indikator jumlah klien tidak selalu menjadi patokan apakah suatu produk atau usaha berhasil atau tidak.

Lalu apa yang menjadi patokannya?

Saat memulai usaha, daripada memfokuskan diri pada jumlah klien, sebaiknya lihat jumlah klien yang membeli kembali (repeat order). Pembelian kembali memberikan jaminan bahwa produk tersebut memuaskan pelanggan, sehingga pelanggan membeli kembali untuk mencari kepuasan itu lagi.

Pembelian kembali dapat dijadikan patokan sebuah usaha, jika jumlah pembelian kembali sedikit, kita dapat bertanya kepada klien, mengapa ia tidak membeli kembali, kemudian memperbaikinya hingga produk jauh lebih sempurna.

Memang sebagian usaha tidak dapat menerapkan pembelian kembali sebagai patokan, misalnya usaha peti mati atau batu nisan, anda tidak mungkin memaksa orang membeli meskipun dengan produk unggulan, diskon  dan penawaran fantastis.


5 Mitos Tentang Kewirausahaan


5. Jangan memberikan produk atau jasa secara gratis


Memberikan produk atau secara gratis memang terlihat sebagai sebuah pemborosan, karena itu menjadikan pengeluaran tanpa tau apakah orang akan membelinya atau tidak.

Sebagian orang juga menolak memberikan diskon karena harga produk yang murah akan memberikan citra “produk murahan” padahal segmen yang dituju adalah menengah ke atas.

Untuk sebagian usaha, memberikan produk secara cuma-cuma dapat menjadi investasi bagi usaha tersebut. Terutama produk baru karena produk baru belum dikenal dan dipercaya.

Secara psikologis, orang yang menerima sesuatu secara cuma-cuma, memiliki dorongan dalam dirinya untuk memberi sesuatu kepada si pemberi. Dorongan psikologis konsumen dapat diarahkan untuk membeli produk yang ditawarkan secara gratis tadi.

Diskon dan harga murah tidak selalu membuat suatu produk menjadi murahan. Sebagai pemilik merek, anda dapat mengangkat citra merek seiring waktu alih-alih menempatkan citra merek yang tinggi sebelum mengenalkan produk tersebut ke masyarakat.

Penutup


Sebagian keyakinan dan mitos diatas seringkali diyakini sehingga memengaruhi tindakan seorang wirausahawan. Semoga beberapa pemaparan diatas dapat mengubah pradigma tentang kewirausahaan karena pada dasarnya, tidak ada satu prinsip atau nilai pada satu usaha dapat di jalankan pada usaha lain. Setiap usaha adalah unik.

Post a Comment for "5 Mitos Tentang Kewirausahaan"