Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gurih, Unik, Viral! Ini Alasan Camilan Asia Diburu Penikmat Kuliner Dunia

 

Dari Korea ke Indonesia, Camilan Asia Jadi Tren Global yang Tak Terbendung

CARIDUIT.ID – Siapa sangka camilan yang dulu hanya dijual di gang-gang sempit atau warung kaki lima kini menjadi bintang di rak-rak supermarket internasional? 

Cemilan Terenak dari Asia, dengan cita rasa unik dan berani, semakin digandrungi tidak hanya oleh masyarakat lokal, tapi juga oleh pencinta kuliner dunia.

 Dari ramyeon Korea yang pedas menyengat, hingga keripik udang dari Indonesia yang gurih menggoda, Asia seolah mengirimkan pesan kuat: budaya bisa dinikmati lewat rasa.

Sebelum lanjut, untuk kalian yang ingin tahu lebih banyak seputar kuliner bisa kunjungi sukangemil

Bukan tanpa alasan jika hari ini, banyak YouTuber dan TikToker kuliner dari Amerika, Eropa, hingga Timur Tengah, secara rutin membuat konten mencoba “Asian snacks”. 

Tidak sedikit dari mereka yang kemudian kecanduan. Beberapa bahkan menjadikan camilan seperti mochi Jepang, dried mango dari Filipina, atau kerupuk kulit dari Indonesia sebagai bagian dari ritual ngemil harian.

Cita Rasa Unik yang Tak Terlupakan

Camilan Asia punya satu kekuatan besar: keberanian dalam rasa. Di saat camilan dari Barat cenderung bermain aman rasa asin, manis, atau gurih Asia menawarkan kompleksitas. Ambil contoh kimchi-flavored chips dari Korea. 

Ada sensasi asam, pedas, dan sedikit fermentasi yang menantang. Atau kacang wasabi dari Jepang, yang tidak hanya pedas tapi juga menyengat ke hidung. Bagi sebagian orang, ini mengejutkan. Tapi bagi banyak lainnya, justru bikin ketagihan.

Thailand misalnya, tak hanya dikenal sebagai negeri gajah putih tapi juga sebagai surga snack. Camilan ringan seperti Tao Kae Noi, rumput laut renyah yang dibumbui dengan cita rasa tom yam atau barbecue, kini diekspor ke lebih dari 30 negara. 

Vietnam punya spring roll kering dan biskuit pandan yang populer di diaspora Asia di Australia dan Amerika.

Sementara itu, Indonesia tak mau kalah. Keripik singkong pedas level ekstrem, basreng (bakso goreng), hingga kerupuk jengkol mulai diburu lewat marketplace online. 

Bahkan brand lokal seperti Maicih atau Karuhun mulai menyesuaikan kemasan dan rasa untuk pasar global.

Bukan Sekadar Rasa, Tapi Budaya

Camilan adalah bentuk representasi kecil dari budaya yang besar. Ketika seseorang menggigit mochi Jepang, itu bukan hanya soal rasa kenyal dan manisnya kacang merah di dalam. Itu juga soal musim dingin, festival lokal, dan tradisi kuno yang diwariskan ratusan tahun. 

Sama halnya ketika kita menyantap nastar dari Indonesia saat Lebaran, atau pineapple tart dari Malaysia saat Imlek.

Dalam banyak kasus, camilan juga menjadi alat diplomasi lunak. Produk seperti Pocky dari Jepang atau Bin Bin Rice Crackers dari Taiwan telah lama menembus pasar global. 

Keduanya muncul di rak swalayan Eropa dan bahkan menjadi bagian dari hadiah ulang tahun anak-anak. 

Dalam skala mikro, camilan adalah jembatan budaya yang membuat orang asing ingin tahu lebih banyak tentang negara asalnya.

 

Pop Culture Mendorong Popularitas

Dampak dari budaya pop Asia, terutama gelombang Hallyu dari Korea Selatan, punya andil besar dalam menyebarkan popularitas camilan Asia. 

Ketika para K-Pop idol tertangkap kamera sedang menikmati tteokbokki instan atau ramyeon spicy, jutaan penggemar pun penasaran dan mulai mencarinya.

Di TikTok, #AsianSnacks telah ditonton lebih dari 3 miliar kali. Video unboxing snack box dari Jepang atau Thailand meraih jutaan views. 

Orang bukan hanya menikmati rasanya, tapi juga sensasi membuka kemasan lucu, membaca petunjuk yang asing, dan merasakan “kejutan rasa”.

Bahkan beberapa brand besar asal Asia kini menggandeng influencer global untuk melakukan kampanye digital. Ini bukan lagi sekadar soal snack—tapi soal pengalaman mencicipi budaya lewat gigitan kecil.

 

Tantangan di Balik Tren

Meski tren ini positif, ada tantangan yang harus dihadapi oleh para produsen snack Asia. Salah satunya adalah soal selera konsumen global

Tidak semua orang siap dengan camilan rasa cumi bakar atau petis udang. Ada juga kendala di sisi regulasi impor, label bahasa, hingga penyesuaian bahan agar sesuai dengan standar keamanan pangan internasional.

Namun perlahan, banyak UMKM hingga perusahaan besar di Asia mulai beradaptasi. Kemasan disesuaikan, label gizi diperbarui, dan strategi pemasaran diperkuat. E-commerce dan pengiriman global kini menjadi senjata utama untuk menjangkau konsumen lintas benua.

 

Masa Depan Camilan Asia

Dengan dunia yang semakin terkoneksi, cemilan terenak dari Asia punya peluang besar untuk terus berkembang. Dari yang dulu hanya dikenal di pasar tradisional, kini mereka menjadi simbol gaya hidup global

Saat ini, snack box berisi camilan khas Asia bahkan jadi langganan bulanan di beberapa negara Barat. Bukan cuma karena enak, tapi juga karena dianggap keren, eksotis, dan “Instagramable”.

Dalam waktu dekat, mungkin kita akan melihat lebih banyak kolaborasi antara snack Asia dengan tren global mungkin mochi isi matcha-cappuccino, atau keripik rendang vegan.

Dan siapa tahu? Snack dari desa kecil di Jawa Tengah bisa jadi produk global berikutnya.

Post a Comment for "Gurih, Unik, Viral! Ini Alasan Camilan Asia Diburu Penikmat Kuliner Dunia"