Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Inilah Perbedaan Maxim, Grab dan Gojek yang Harus Anda Tahu



Tahun 2009 App Store diperkenalkan di dunia oleh Apple. Ini memungkinkan developer diseluruh dunia untuk berkontribusi langsung ke ekosistem Apple. Dikatakan oleh Steve Wozniak, co-founder Apple bahwa yang paling mengubah dunia modern bukanlah iPhone melainkan App Store, ini menarik semua developer untuk berkontribusi langsung alih-alih menggunakan aplikasi yang dikembangkan oleh Apple dan cara ini ditiru oleh Android.

Dengan konsep tersebut, munculah aplikasi yang menjadi solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat modern. Secara perlahan, tenologi semakin memudahkan hidup kita untuk mendapatkan hampir apapun yang kita inginkan melalui ponsel.

Diantara banaknya aplikasi yang ada, banyak produk yang dialihkan dari offline menjadi produk online mulai hiburan, pendidikan, perdagangan dan diantaranya adalah ojek online.

Dengan ojek online, sangat banyak masalah yang dapat diatasi mulai dari transportasi online, pengiriman barang, melakukan pembaran, pembelian pulsa, donasi dan lain sebagainya.

Dengan beragam penawaran yang ditawarkan, sangat banyak sekali masyarakat yang mengunduh aplikasi ini bahkan mungkin hampir semua kalangan masyarakat setidaknya pernah menggunakan atau merasakan manfaat dari aplikasi ini.

Gojek sebagai pionir sebagai aplikasi karya anak bangsa merajai pasar ojek online yang masih segar tanpa ada saingan waktu itu. Tidak lama kemudian muncul Grab dan Uber ikut bertanding mengambil kesempatan dalam kompetisi pasar yang masih baru dan sangat potensial ini.

Namun sayang Uber tidak cukup mampu bersaing dengan Gojek dan Grab memutuskan untuk marger atau menggabungkan bisnis dengan Grab. Kedua Startup ini merajai pasar menjadi dua raksasa yang saling bertarung satu sama lain.

Namun dibalik sesaknya persaingan mereka, muncul aplikasi Maxim yang ikut bertarung melawan kedua raksasa ini. Namun Maxim bukan sembarangan ojek online, ia mempunyai nama di negara asalnya di Eropa sejak 2003.

Baik Gojek, Grab, maupun Maxim, mereka memiliki perbedaan tentunya.

Sebenarnya Grab, Gojek, dan Maxim bukan hanya mereka yang menyediakan layanan transportasi online, masih banyak lagi yang lainnya namun yang lainnya tidak cukup punya nama untuk dikenal di kalangan masyarakat.

Kali ini, kita hanya akan membahas perbedaan Maxim, Grab dan Gojek. Berikut perbedaan ketiganya:


Gojek


Tarif

Tarif Gojek menetapkan tarif Rp. 12.000,- untuk 1-10 KM. Untuk perjalanan 11-15 KM, Gojek menetapkan harga Rp.15.000,- dan untuk perjalanan diatas 15 KM Gojek akan menambahkan Rp. 2.000,- per kilometer. Ini adalah tarif pada jam-jam biasa.

Harga dipengaruhi oleh beragam hal misalnya pada saat jam sibuk, harga akan naik Rp. 5.000,-. jam-jam sibuk biasa berlangsung antara jam 06.00 hingga 09.00 pagi dan 16.00 hingga 19.00 sore.

Fitur aplikasi


Dalam aplikasi Gojek, terdapat 4 kategori utama yaitu home, orders, help, inbox dan account. Pada menu Home, ditampilkan saldo Go Pay dan Go Poins.

Layanan


Ada banyak layanan yang ada di aplikasi Gojek yaitu Go Car, Go Ride, Go Food, Go Bluebird, Go Send, Go Bills, Go Shop, Go Mart, Go Pulsa, Go Tix, Go Box, Go Pay dan beberapa layanan telah dihapus seperti GoGlam, GoFix, GoAuto, GoDaily, GoLaundry dan Service Marketplace

Grab



Tafif

Tarif yang dikenakan oleh Grab untuk 12 KM pertama sebesar 1.750 per KM. Diatas itu akan menjadi 3.000 per KM untuk jam biasa dan dapat menjadi naik menjadi 2.500 per KM.

Layanan

Tidak seperti Gojek, Grab tidak memiliki layanan sebanyak Gojek. Namun Grab fokus pada beberapa layanan utama yang membantu banyak penggunanya. Beberapa layanan yang ada di Grab diantaranya adalah Grab Bike, Grab Car, Grab Hitch Car, Grab Taxi, Grab Hitch Bike, dan Grab Food.
Jika Gojek memiliki sistem pembayaran GoPay yang mengakomodasi 70% transaksi di ekosistem Gojek. Sedangkan Grab menjalin kerja sama dengan OVO sehingga pembayaran dapat dilakukan dengan OVO.

Maxim


Tarif


Maxim menarik perhatian karena dari sisi harga, tarif yang dipatok terbilang sangat rendah yaitu Rp. 3.000 saja untuk 4 KM pertama.

Mengenai tarif, sebetulnya sudah ada aturan dari pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348 yang sudah berlaku sejak 1 Mei 2019 yang isinya adalah 3 zonasi yang ditunjuk memiliki tarif minimal antara Rp.7.000 sampai Rp.10.000,- untuk 4 KM pertama.

Namun menurut Maxim, itu hanyalah acuan tarif dengan melihat daya beli dan kemampuan pasar melayani penumpang. Driver dapat menolak maupun menerima tergantung harga yang ia patok dan Maxim melihat ini sebagai peluang.

Agar omzet driver meningkat, penumpang juga harus ditingkatkan, agar penumpang meningkat, harga dibuat lebih murah.

Namun Desember 2019 kantor Maxim di amuk driver Gojek dan Grab di Solo karena tarif yang terlalu murah yang ditetapkan Maxim yang menurut mereka melanggar aturan.

Kini harga Maxim telah disesuaikan dengan regulasi, namun tetap jauh lebih murah dibanding Grab dan Gojek.

Layanan

Sama seperti Gojek dan Grab, Maxim memiliki layanan yang sama dengan nama MaximCar, MaximBike dan Delivery. Layanan Maxim tidak selengkap Grab apa lagi Gojek. Namun terdapat layanan yang tidak dimiliki Grab maupun Gojek yaitu jasa penderekan mobil mogok dan stater aki.

Jika Gojek memiliki Go Food, dan Grab mempunyai Grab Food, Maxim menggunakan delivery sebagai bagian yang sama antara memesan makanan dan mengantar barang.

Itulah beberapa perbedaan antara maxim, Gojek dan Grab. Meskipun Maxim baru muncul di Indonesia sebenarnya ia telah ada sudah sejak lama dan sudah ada di 16 negara lain seperti Azerbaijan, Armenia, Belarus, Bulgaria, Georgia, Rusia, Italia, Kazakhstan, Kirgizstan, Malaysia, Mongolia, Republik Siprus, Tajikistan, Uzbekistan, Ukraina, Montenegro, Republik Ceko.

Aplikasi Maxim telah diinstall oleh 10.000.000 pengguna di Playstor dan terus meningkat ini menandakan antusiasme pengguna yang juga semakin tinggi. Bukan tidak mungkin Maxim akan mengalahkan dua raksasa transportasi online lainnya, Grab dan Gojek.

Transportasi online memang merupakan bisnis masa depan yang sangat cerah, tidaklah mengherankan bagaimana mereka “berdarah-darah” untuk memperebutkan pangsa pasar yang memang masih sangat luas dan masih baru.

Ini dapat dilihat dari bagaimana Gojek tidak dapat melanjutkan rencananya untuk IPO karena perusahaan Gojek masih rugi! Dengan beragam perang promo yang dilakukan Gojek dan Grab dan layanan pembayaran yang mereka dukung masing masing yaitu OVO dan GoPay, ini akan menjadi pertarungan memperebutkan konsumen yang sangat sengit.

Uang investor diguyur untuk memanjakan konsumen mereka masing-masing. Bahkan menurut TechInAsia, Gojek menghabiskan uang miliaran perbulan untuk menyokong GoPay dengan beragam diskon yang ditawarkan.

Demikian juga mitra pembayaran Grab yaitu OVO yang sampai ditinggal investor pertamanya yaitu Lippo Group “tidak kuat kalau harus bakar uang terus.” kata Mokhtar Riyadi menanggapi alasan mengapa ia exit dari OVO.

Meskipun pertarungan yang sangat sengit terjadi, Maxim mampu bertahan dan tumbuh dengan segala keterbatasannya. Namun apakah nasib Maxim akan seperti Uber, kita lihat saja.

2 comments for "Inilah Perbedaan Maxim, Grab dan Gojek yang Harus Anda Tahu"

  1. Kenyataan saat ini maxim lebih diminati masyarakat kota Kendari dari pada kedua pesaingnya, namun WARNING buat pengelola maxim karena potongan komisi bagi driver bike saya nilai terlalu tinggi sampai 18%

    ReplyDelete
  2. Untuk orderan maxim sering bahkan selalu ngasih rute jauh meski ada driver yg dekat dengan customer. Beda dengan kedua kompetiror yg menerapkan driver terdekat dengan customer. Saya kira itu yg menjadikan minimnya minat driver maupun customer tuk gabung di layanan maxim. Semoga maxim memperhatikan hal tersebut dengan serius

    ReplyDelete