Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Menghadapi Lonjakan Harga Beras: Perlukah HET Ditiadakan?

Menghadapi Lonjakan Harga Beras Perlukah HET Ditiadakan


CARIDUIT.ID - Harga beras di pasaran Indonesia sedang melambung tinggi, mengguncang kesejahteraan rumah tangga di seluruh negeri. Pedagang pasar, melalui Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri, menyoroti ketidakrelevanannya, mendesak pemerintah untuk menghapuskan harga eceran tertinggi (HET) beras saat ini. 

Data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan bahwa harga beras kualitas medium mencapai Rp12.550 per kilogram pada tanggal 6 September 2023, melampaui batasan HET yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp10.900 - Rp11.800 per kilogram tergantung wilayah.

Melihat Lonjakan Harga

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras eceran melonjak sebesar 1,43 persen secara bulanan pada Agustus 2023 dan meningkat 13,76 persen dalam tahun yang sama. Dalam kurun waktu 8 bulan sejak Januari 2023, harga beras mengalami inflasi sebesar 7,99 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa HET saat ini tidak lagi relevan dan tidak dihormati di pasar.

Panggilan untuk Meningkatkan Pasokan

Abdullah Mansuri memperingatkan bahwa langkah mendesak yang perlu diambil pemerintah adalah membanjiri pasar dengan pasokan beras yang cukup. Pasokan beras saat ini dipandang sebagai penyebab utama kenaikan harga. Dia menekankan pentingnya menjaga pasokan agar harga secara psikologis bisa turun. Beras Bulog, yang memiliki peran vital dalam menjaga ketersediaan beras di pasar, juga harus dipompa ke pasar-pasar dengan cepat.

Mengapa Pasokan Menjadi Isu Sentral?

Saat ini, harga beras medium di pedagang pasar berkisar antara Rp12.000 hingga Rp14.000 per kilogram, sedangkan beras premium lebih mahal. Kekurangan pasokan telah meningkatkan harga beras secara signifikan, sementara kebutuhannya tetap tinggi. Dalam kondisi pasokan yang cukup, harga beras akan lebih stabil dan dapat mengalami penurunan secara alami.

Keluhan dari Ritel

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mendengarkan keluhan dari para pengusaha ritel terkait HET yang ada saat ini. Beberapa perusahaan besar mengakui kesulitannya untuk mematuhi HET beras yang mencapai Rp13.900 per kilogram. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga gabah yang sangat tinggi, melebihi Rp7.000 per kilogram. Kelangkaan pasokan gabah telah mempengaruhi harga beras, dan Arief Prasetyo Adi mengingatkan bahwa produksi beras yang meningkat akan menjadi kunci untuk menahan kenaikan harga beras dan gabah. Ini adalah bagian dari prinsip dasar supply dan demand: jika produksi meningkat, harga akan cenderung turun.

Tantangan Produksi

Namun, menurut kerangka sampel area (KSA) yang diolah oleh Bapanas, produksi beras pada periode Januari hingga Oktober 2023 turun sebesar 660.000 ton dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2022. Sementara itu, konsumsi beras selama periode yang sama naik 1,15 persen menjadi 25,44 juta ton, dibandingkan dengan 25,15 juta ton pada tahun sebelumnya.

Pilihan untuk Pemerintah

Menghadapi lonjakan harga beras yang signifikan, pemerintah Indonesia memiliki tugas penting untuk mengatasi masalah ini. Meskipun HET beras mungkin tidak lagi relevan dalam kondisi pasar yang saat ini terdistorsi, mengatasi kekurangan pasokan beras menjadi solusi yang lebih realistis. 

Dalam jangka panjang, peningkatan produksi dan penanganan masalah pasokan akan membantu mengendalikan harga dan menjaga ketersediaan beras yang memadai bagi seluruh rakyat Indonesia.

update terus informasi terbaru dari berbagai kejadian yang ada di belahan nusantara melalui  trendinghour.com, tidak hanya menyuguhkan informasi daerah tapi juga update dunia Entertainment, Olahraga, kesehatan dan masih banyak lagi yang lainnya.***

Post a Comment for "Menghadapi Lonjakan Harga Beras: Perlukah HET Ditiadakan?"