Belanja HP Kini Bisa Lebih Aman: Kredit Syariah Tanpa Riba, Tanpa Bunga Tersembunyi

 

CARIDUIT.ID - Dalam era digital seperti sekarang, memiliki ponsel pintar bukan lagi soal gaya, tapi kebutuhan. Mulai dari urusan pekerjaan, komunikasi, hingga transaksi keuangan, hampir semua bergantung pada HP.

Namun, tak semua orang bisa langsung membeli perangkat impian secara tunai. Solusi kredit pun menjadi pilihan. 

Sebelum lanjut Untuk kalian yang ingin belanja HP dengan aman dan nyaman bisa kunjungi kredithp

Tapi di sinilah muncul dilema: banyak skema cicilan justru menyimpan unsur riba yang bertentangan dengan prinsip syariah. Lantas, adakah cara untuk belanja aman dan terjamin tanpa mengorbankan prinsip keuangan Islam?

Jawabannya: ada. Dalam beberapa tahun terakhir, layanan kredit yang sesuai syariah semakin menjamur, khususnya untuk produk HP. 

Bukan hanya bank syariah, tetapi juga fintech dan platform e-commerce kini mulai menghadirkan opsi cicilan yang tidak mengandung bunga, denda keterlambatan, maupun penalti tersembunyi.

Kredit Syariah: Bukan Sekadar Bebas Bunga

Banyak masyarakat mengira kredit syariah hanya berarti "tidak pakai bunga". Padahal lebih dari itu. Kredit syariah mengacu pada prinsip keadilan dan transparansi. 

Dalam transaksi pembelian HP secara syariah, akad yang digunakan biasanya murabahah yaitu jual beli dengan kesepakatan harga di awal.

Artinya, penyedia layanan menjual HP dengan harga yang sudah ditambahkan margin keuntungan tetap, bukan bunga mengambang seperti di kredit konvensional. 

Konsumen tahu sejak awal berapa yang harus dibayar tiap bulan, dan tidak akan dikenai denda jika mengalami keterlambatan karena alasan sah.

Menurut Ustaz Irfan Syauqi Beik, pakar ekonomi syariah dari IPB University, “Kredit syariah bukan hanya soal tanpa bunga, tapi juga tanpa ketidakjelasan (gharar) dan ketidakadilan (zulm). Maka, penting untuk memilih platform yang benar-benar menerapkan prinsip ini.”

 

Belanja Aman dan Terjamin, Tapi Harus Jeli

Salah satu tantangan utama konsumen adalah memastikan layanan yang mereka pilih benar-benar menerapkan prinsip syariah. 

Saat ini, sudah banyak penyedia kredit HP berbasis syariah seperti Ammana, Alami, dan beberapa bank syariah besar yang memiliki skema cicilan gadget.

Namun, tidak semua platform digital menjelaskan akad yang digunakan secara transparan. Ada pula yang mengklaim "syariah" namun tetap menyisipkan biaya tersembunyi.

Untuk itu, konsumen disarankan memeriksa beberapa hal berikut:

1. Transparansi harga: Pastikan harga akhir sudah jelas di awal, termasuk total cicilan.

2. Akad tertulis: Cek apakah terdapat akad murabahah atau ijarah secara tertulis.

3. Tanpa denda keterlambatan: Kredit syariah sejati tidak mengenakan denda karena keterlambatan.

4. Tersertifikasi DSN-MUI: Layanan syariah yang terpercaya biasanya memiliki fatwa dari Dewan Syariah Nasional MUI.

Fenomena di E-Commerce: Pasar HP dan Syariah Bertemu

Tren kredit syariah untuk pembelian HP tak bisa dilepaskan dari lonjakan e-commerce. Tokopedia dan Blibli, misalnya, sudah bekerja sama dengan lembaga keuangan syariah untuk menghadirkan fitur cicilan tanpa riba. 

Bahkan beberapa toko resmi ponsel seperti Samsung Store dan Xiaomi Official di platform online kini menyediakan opsi cicilan syariah.

Menurut data internal Tokopedia pada akhir 2024, pencarian terkait “cicilan syariah HP” naik hingga 180% dibanding tahun sebelumnya. Ini menandakan bahwa kesadaran masyarakat terhadap konsep belanja aman dan terjamin dari sisi spiritual juga semakin tinggi.

Siti Nur Azizah, seorang karyawan swasta di Jakarta yang membeli iPhone melalui cicilan syariah, mengaku lebih tenang. 

“Saya awalnya takut riba, apalagi bunga cicilan bisa sampai 30% setahun. Tapi sekarang bisa beli HP tanpa khawatir dosa, dan prosesnya juga mudah,” ujarnya.

 

HP Impian, Syariah, dan Gaya Hidup Halal

Lebih dari sekadar kebutuhan, kini HP juga menjadi bagian dari gaya hidup halal. Banyak anak muda Muslim yang sadar akan pentingnya menjaga prinsip Islam dalam seluruh aspek hidup, termasuk saat berbelanja. Tak heran jika di berbagai komunitas, istilah “halal lifestyle” kini merambah ke teknologi.

Platform seperti Hijra Bank bahkan meluncurkan kampanye #HijrahFinansial yang mendorong anak muda untuk membeli barang termasuk HP secara syariah dan bertanggung jawab. 

Hal ini memperlihatkan bahwa belanja yang aman dan terjamin bukan hanya dari sisi logistik atau kualitas barang, tetapi juga dari sisi keberkahan transaksi.

 

Tantangan: Edukasi dan Kesadaran

Meski tren positif terus tumbuh, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah minimnya edukasi. Banyak masyarakat yang belum memahami perbedaan antara cicilan konvensional dan syariah secara mendalam. Akibatnya, mereka mudah tergoda promo cicilan nol persen tanpa menyadari ada biaya tersembunyi yang menyerupai bunga.

Pihak regulator dan pelaku industri diharapkan lebih aktif mengedukasi pasar. Bahkan, pemerintah bisa mendorong penyedia layanan kredit untuk mencantumkan dengan jelas jenis akad dan kehalalan transaksi.

Selain itu, tantangan lain adalah akses. Di beberapa daerah, layanan kredit syariah untuk pembelian HP belum merata. Ini menjadi peluang bagi lembaga keuangan mikro syariah untuk memperluas jangkauan layanan mereka.

HP Canggih, Transaksi Tenang

Di tengah gempuran iklan, diskon besar-besaran, dan tuntutan gaya hidup digital, banyak konsumen kadang tak sempat berpikir panjang saat membeli HP. 

Padahal, keputusan finansial yang kecil bisa berdampak besar pada keberkahan hidup. Maka, memilih cara beli yang sesuai prinsip Islam bukan hanya soal uang, tapi juga soal ketenangan hati.

Belanja aman dan terjamin tak hanya berarti barang sampai dengan selamat. Tapi juga bahwa prosesnya bersih dari unsur riba dan penipuan. 

Dalam konteks ini, kredit yang sesuai syariah menjadi jawaban bagi mereka yang ingin memiliki HP canggih tanpa mengorbankan prinsip.

Sebagaimana disampaikan oleh KH Ma’ruf Amin sebelum menjadi wakil presiden, “Transaksi halal adalah bagian dari ibadah. Kita harus menjaga kemurnian transaksi, termasuk dalam hal kecil seperti membeli HP.”

Karena pada akhirnya, keberkahan tak hanya datang dari apa yang kita beli—tapi dari bagaimana cara kita membelinya.